Monday, January 28, 2008

The Happening Mr. Soeharto

Whew...Tanggal 27 januari 2008 mungkin bisa dijadikan hari bersejarah, apalagi buat dihapalin sama anak-anak sekolah di pelajaran sejarahnya. Karena hari itulah, bangsa Indonesia ditinggal untuk selamanya oleh Bpk H.M Soeharto, presiden RI yang ke-2.

Seluruh dunia pasti menyiarkan berita yang menggemparkan ini, bagaimana tidak, karena beliau adalah salah satu pemimpin yang ada di dunia dengan masa kepemimpinan yang cukup lama, berapa lama? Kurang lebih 32 tahun ya? Dan selama masa kepemimpinannya, ya saya akui, kayaknya jauh lebih baik dari kepemimpinan sekarang deh, apa-apa kayaknya gampang, meskipun jadinya sedikit otoriter, tapi semuanya berjalan baik, tegas, dan klo ada nyelenyeh sedikit, DOR, tembak langsung.
Memang, kepemimpinan beliau nggak sempurna, karena kita sebagai warga negara jadinya terlalu manut, penerapan pasal 28 UUD 45 pun nggak berjalan baik, terlalu banyak rahasia, sampai akhirnya terkuak tentang KKN di jaman kekuasaan beliau.

Hal tersebut merupakan faktor yang menjadikan Pak Harto sangatlah Happening, bagaimana tidak? Di antara keberhasilannya beliau membangun Indonesia, ternyata terdapat pula black recordnya dia. Di satu sisi, beliau sangat membantu Indonesia, tapi juga merugikan negara untuk kepentingan pribadi.

Kalau melihat perjalanan beliau, sebenarnya agak sedikit kasihan juga sih. Karena sebenarnya kesalahan beliau tak luput dari bujuk rayu atek-antek, kroni-kroni dan juga anak-anaknya. Kala Ibu Tien masih ada, sebenarnya Ibu Tien sudah memberikan saran untuk tidak lagi mencalonkan diri untuk pemilihan umum, kurang lebih begini ucapan Ibu Tien,
“Sudahlah Pak, kita nih sudah tua, sudah cukup, apalagi yang mau dicari. Lebih baik kita memberikan kesempatan kepada yang lain?”
begitu bijaknya ucapan Ibu Tien. Eh, ternyata benar, yang ada tidak lama setelah itu lengser, dan lengsernya dengan cara yang sungguh tidak enak.

Kemaren saya nonton wawancara Rosiana Silalahi dengan Amien Rais di SCTV, tahu dong, kalau Amien Rais adalah orang yang paliiiing gencar menyuarakan Reformasi. Dan tetap, pada saat di wawancara itu, Amin Rais masih mengungkapkan kekecewaannya. Yang sedikit bikin saya tersenyum waktu Amin Rais mengakui, bahwa kunjungan bela sungkawanya nanti ke Jl. Cendana merupakan kunjungan pertama kalinya bertemu keluarga Pak Harto. [Wadduh..bagaimana tuh ya?]. ketika Rosiana Silalahi memancing kenapa Amien Rais memutuskan untuk datang, Amien Rais menjawab dengan sedikit bercerita tentang Buya Hamka.

“Ketika Soekarno meninggal dunia, Buya Hamka tetap ikut menshalatinya, meski penyebab Buya Hamka dipenjara adalah Soekarno. Alasan Buya Hamka adalah, bahwa kita sesama umat muslim, harus tetap saling menghormati. Tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang ada.”

Lalu, lagi, Rosiana Silalahi bertanya apa tanggapan Amien Rais mengenai kepergian Pak Harto, mengingat beliau merupakan mantan presiden RI? Dan kurang lebih inilah jawabannya Amien Rais,
“Menurut saya, kematian Suharto sama seperti kematian Tukang Becak, Tukang Sayur, semua manusia yang ada, semua sama dimata Tuhan. Yang membedakan hanya beliau adalah pejabat negara, saya sarankan, jangan terlalu berlebihan, apa adanya saja sesuai dengan aturan negara. Mengenai bagaimana bentuk keadilan untuk Suharto, saya sudah terlalu kecewa dengan jalannya keadilan. Biarlah Tuhan saja yang mengadili.”

Rosiana Silalahi bertanya lagi, “Dimana itu, Pak?”
“Ya di Alam Barzah.” Jawab Amien Rais.
Pak Amien Rais, jawabannya selalu mengejutkan, hahahha.

Beda halnya dengan jawaban Sukmawati, putri ke-4 dari mantan presiden pertama RI, Soekarno. Mama saya sih yang menonton wawancara dengan Sukmawati, ketika ia ditanya mengenai kepergian Pak Harto, [lagi-lagi] kurang lebih seperti ini,
“Terus terang, saya masih dendam pada beliau [pak harto]. Saya masih ingat betul, ketika Bapak saya sakit, sedang mengalami Sakaratul Maut, sampai beliau tidak ada, kami, anak-anaknya dilarang bertemu dengan Bapak. Bagaimana sulitnya kami meminta ijin untuk mengengok Bapak, harus menulis surat yang akan ditandatangani oleh Suharto, namun sebelumnya harus ke menteri ini menteri itu. Dan dokter yang menangani Bapak saya, bukan dokter umum, tapi dokter hewan!”

Huff...
Bagaimanapun kepergian Pak Harto, terlepas dari dia mantan presiden , pastinya menimbulkan kesedihan, layaknya saya ditinggal Kakek atau Nenek saya, layaknya ditinggal orang-orang-orang tercinta di sekitar kita.

Selamat Jalan Pak Soeharto....
Semoga Arwah Engkau diterima di sisi Allah dan diampuni segala dosanya.

Semoga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran...Amiin

No comments:

Featured Post

Celoteh si Ambu Yang Kerja Kantoran

Tulisan ini saya kirim ke Stiletto Book untuk ikut audisi A Cup of Tea : Working Mom Sayangnya belum rejeki, jadi saya berbagi di sini ...