Thursday, January 24, 2008

Renungan Cerita Empat Wanita

Begitu sampai di tempat yang dituju, Kaemy langsung buru-buru turun dari mobil disertai bonus bantingan pada pintu mobil kekasihnya, Fad, setelah sebelumnya mereka berdebat sepanjang perjalanan.

Fad : [nada pelan] “Harus ya banting pintu?”
Kaemy : “Ya biar kamu tuh tau aku lagi kesel sama kamu!”
Fad : [tersenyum kecil] “Tanpa perlu banting pintu, aku tahu kok kalau kamu lagi kesal..,”
Kaemy : “Hmfh! Udah, aku mau ketemu temen2 aku!”
Fad : “Mau aku tungguin? Atau aku jemput lagi, jam berapa?”
Kaemy : [berjalan meninggalkan Fad tanpa menengok] “Nggak usah!”

FYI, hari ini bisa dibilang hari yang cukup menyebalkan bagi Kaemy, banyak masalah yang bikin BT, kesal, pokoknya buat Kaemy bikin hidup ruwet. Pagi-pagi, Indung menyatakan keberatan dan kurang setuju Kaemy bekerja di kantor yang mengharuskan Kaemy pulang malam terus, paling cepat sampai rumah jam 10 malam. Indung menyarankan Kaemy cari pekerjaan lain, tapi di telinga Kaemy, saran Indung malah terdengar menyebalkan, “Cerewet” pikir Kaemy.
Kedua, Kaemy ingin sekali nonton konser musik artis luar negeri, tapi tiketnya mahal banget, sedangkan isi kantong dia lagi kemarau panjang, karena sharing profit dia dari kantor belum keluar, Kaemy jadi uring-uringan. Hal lain adalah perdebatan dengan sang pacar, Fad, padahal sih sebenarnya nggak penting, Kae aja yang lagi sensitif, gara-gara Fad ikut menasehati Kae. Ditambah lagi, dia ngerasa lagi kesepian, karena teman-temannya lagi susah diajak kumpul, beruntung weekend ini akhirnya kumpul-kumpul sama teman terwujudkan, meski hanya berempat.

Begitu Kaemy memasuki pintu cafe fettucini itu, dia dengan cepat melihat lambaian tangan Lena, temannya yang cantik, sudah bekerja dengan gaji yang lumayan tinggi. Di sebelah Lena, ada Jemma, cewek modis yang memiliki bisnis warung makan. Terakhir, di sebelah Jemma, ada Rain, cewek hedon yang murah senyum, dia bekerja di sebuah bank asing.
Sebenarnya, Kaemy terkadang sedikit minder dan iri kalau melihat mereka, tapi rasa itu dibuang jauh-jauh, karena mereka bertiga adalah sahabat dekat Kaemy.

Kaemy : [berapi-api] “Hadduuh!! Maaf gue telat! Lagi BT nih, Gue mau curhat! Njrid! Sebeeel banget nih gue!!”

Namun semangatnya pelan-pelan sirna begitu melihat mata Lena bengkak, hidung merah dan di depannya terdapat bekas tissue, tak hanya Lena, mata Jemma dan Rain pun sedikit berkaca-kaca.
Kaemy : “Eh, kenapa kalian? What did I miss?”
Lena : [tersenyum] “Maaf ya, baru datang jadi melihat kita kayak gini.”
Kaemy : “Ada apa sih? Yang cerita si Banu ya?”
Banu adalah mantan pacarnya Lena yang baru putus 3 minggu lalu.
Jemma : “Iya.”
Lena : “Maaf ya My, gue ngedahuluin sebelum lo datang, habis gue udah nggak tahan lagi...”


Lena pun menangis...Sambil terisak dia menceritakan dengan detail alasan mereka putus, serta bagaimana Banu mengkhianati harapannya Lena untuk bisa kembali lagi.
Lena : “Gue nggak ngerti sama jalan pikiran adeknya Banu, dia bener-bener fitnah gue biar gue putus sama Banu, perasaan...gue nggak pernah bertingkah macam-macam sama dia. Malah, Banu yang memang bandel! Dan gue seddiiih banget, Banu bilang dia khilaf ML sama cewek itu, gue tahu Banu! Nggak mungkin banget, akhirnya dia tega jujur sama gue, kalau dia ML 3X sama cewek itu! Gila..gue pikir dia bisa jaga diri, gue kecewaa banget..”
Lena terisak, buru-buru Kaemy menyodorkan tissue. Hatinya langsung miris melihat sahabatnya itu mengeluarkan air mata sampai susah bernapas. Banu benar-benar raja sadis! Ugh pengen nendang, pikir Kaemy.

Beberapa saat setelah itu, Lena mulai tenang, dan obrolan pun mulai disisipi oleh topik yang lain, meski intinya masih tentang persoalan hidup. Kaemy pun siap-siap membuka suara untuk curhat, tapi naas, ceritanya kedahuluan sama Jemma.
Jemma : “Yah...kalau gue..masih begini-begini aja, sama lah, gue bingung karena gue beda agama sama cowok gue, tapi lo tahu kan? Gue nih sayang banget sama dia, bahkan gue berjuang banget buat dia. Gue nggak tau mau dibawa kemana, mungkin ekonomi gue sukses, tapi kebahagiaan cinta nggak...”

Lagi-lagi Kaemy merasa iba melihat Jemma. Kasihan Jemma, pikir Kaemy.
Pengakuan Rain beda lagi, dia juga merasa sedang merasa tidak bahagia, karena pekerjaannya yang bikin stress.
Rain : “Memang, gaji gue memang gede, tapi gue kayak orang gila! Gue nggak pernah puas sama hidup gue, gue nggak nyaman, tapi gue terjebak di sini... Kemaren kerasa banget sedihnya, ada barang yang gue pengeen banget, dan itu mahal sekali! Tapi begitu gue beli itu barang, gue malah sedih, nggak bahagia, aneh kan? Gue merasa ternyata barang itu nggak terlalu penting, pengen gue lempar!”

Mereka berempat terdiam sesaat, lalu pembicaraan kembali dibuka oleh cerita Jemma.
Jemma : “Oh ya, kalian udah tahu kan cerita teman kita, Allem? Dia sms gue pamit pergi, dia kena narkoba, sekarang lagi di rehab, sedih banget gue dengernya, nggak nyangka..sama sekali nggak nyangka..”
Rain : “Kita juga dismsin kok..,”
Lena manggut-manggut.

Tiba-tiba NYESS...hati Kaemy yang tadinya emosi langsung sedikit adem, otaknya mulai mengulang cerita dari teman-temannya. Dia pikir, masalah dia udah berat, ternyata teman-temannya bisa jauh lebih berat. Mata Kaemy menerawang ke arah luar Cafe, dia melihat Ambulans sedang berada di dalam antrian lampu merah, di dalamnya ada wanita setengah baya berpakaian hitam yang sedang menangis tersedu-sedu. Lalu, para anak jalanan sekitar lampu merah yang sedang mengamen sambil becanda, yang terlihat riang, namun pasti hatinya sakit menghadapi kejamnya hidup. Kemudian, Kaemy memperhatikan para pedagang minuman, warung, yang berjuang mati-matian demi memenuhi kehidupannya yang lebih besar pasak dari pada tiang.

Ya Allah... Kenapa sih aku ini? Harusnya aku mensyukuri segala hal yang datang padaku meski mengecewakan sekalipun, harusnya aku nggak perlu overreact seperti tadi, harusnya..harusnya..harusnya..
Ya Ampuun...melihat wanita di Ambulans itu menangis, seharusnya aku bersyukur masih memiliki orang-orang dekat yang peduli dan perhatian padaku, keingat Indung, beliau kan tujuannya baik, dia ingin anaknya bahagia, sukses, dan Indung tidak ingin anaknya malah kecapekan dan makan hati sharing profitnya tertahan terus. Aku harusnya nggak perlu marah-marah lantaran nggak bisa nonton konser musik artis luar, itu bukan hal primer kok. Lagipula aku masih hidup cukup kok.
Lalu Fad, ya Allah, aku yang salah sama dia, dia kan sayang sama aku, makanya dia ikut menasehati, dia juga mengutarakannya tidak dengan marah-marah kok.
Kemudian, seharusnya aku nggak perlu merasa sedih dan kesepian, karena aku punya mereka yang ada di depanku, sahabat-sahabat aku...malah seharusnya aku yang bisa lebih ada buat mereka, karena kan masalahku tidak sebesar mereka, huff..semua orang selalu mempunyai masalah, dan masalah itu sudah mendarah daging menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia, yang terpenting bagaimana kita menghadapinya saja.
Aku juga bersyukur, semua masalah yang aku hadapi tidak aku selesaikan dengan narkoba.
Terima kasih Ya Allah, Engkau masih sayang kepadaku....

Lena : [mengguncangkan badan Kaemy] “My!”
Kaemy : “Hmm? Ya?”
Jemma: “Ih, kok diem aja sih dari tadi ditanyain juga...,”
Kaemy : “Sorry, sorry, kenapa? Tanya apa?”
Rain : “What’s your problem anyway, bebi?”
Kaemy : [menatap ketiga temannya satu persatu] “Ah, nggak apa-apa.”
Lena : “Nggak apa-apa bagaimana? Tadi kan lo semangat banget mau cerita hal yang bikin lo bete? Apaan emang?”
Kaemy : “Nope! Nggak jadi, setelah ketemu kalian dan ngedengerin kalian, Im good...,”
Rain : “Lho, yakin? Nggak sebel karena sesi ceritanya di-cut sama kita?”
Kaemy : “Ya nggaklah..., Ya udah! Gue balik duluan!”
Rain : “Eeeh..., lo kan belum lama datang, belum pesan apa-apa juga, kok malah pulang duluan?”
Kaemy : [beranjak berdiri] “Ada urusan yang belum selesai, tapi percaya deh, gue nggak marah, i’m okay, beneran.., dan gue bukannya nggak kangen sama kalian, sumpah kangen banget, dan ketemu sebentar kayak gini udah bikin gue seneng...Malah gue makasih banget kehadiran kalian benar-benar jadi inspirasi buat gue.”


Kaemy mulai merangkul leher teman-temannya satu persatu sambil membisikkan kalimat kepada mereka.

“Buat Rain..., cinta itu nggak selalu mulus, ikhlasin aja kepergian Banu, he wasnt man enough for you, you deserve best, and when is that? Trust me, Time will tell..just be patient.”
“Buat Jemma...kalau perbedaan cinta terlalu prinsipil dan membuat banyak masalah, terutama bikin sedih, lo tahu kan harus berbuat apa..”
“Buat Lena...satu hal yang akan kita lakukan bersama-sama hari ini, yaitu berusaha selalu mensyukuri apapun yang terjadi pada diri kita, dan apapun bentuknya. Nggak selamanya yang kita ingin kita dapat, dan yang kita dapat itu yang kita butuhkan.”

“Nah, gue cabut ya! I love you, galz!” Kaemy berjalan sambil melambaikan tangan, meninggalkan Rain, Lena dan Jemma yang masih sedikit kebingungan, namun juga berterima kasih akan pesan Kaemy.

Keluar Cafe, Kaemy tersenyum bahagia. “So many things to do nih...” Dia mulai berjalan kaki menuju halte bus, tapi langkahnya terhenti begitu melihat mobil milik Fad masih ada di ujung jalan, masih setia menunggu Kaemy. Kaemy langsung menghampiri mobil itu, namun Fad tidak ada di dalam mobil. Kaemy pun menemukan Fad sedang asyik makan sate di kaki lima yang ada di situ.

Dengan santai Kaemy duduk di sebelah Fad dan melingkarkan tangannya ke tangan Fad.
Fad : “Lho! Kamu bikin kaget aja!”
Kaemy : “Makan kok nggak ajak-ajak sih?”
Fad : “Habisnya, nggak diajak makan bareng, jadinya makan sendiri aja deh...”
Kaemy : “hmm..Fad..Maafin aku ya, tadi aku bener-bener nyebelin, egois, nggak tahu diri, emosi..,makasih juga udah setia nungguin aku..”
Fad : [tertawa..] ”Ih, jelek-jelekkin diri sendiri...! pamali tau..,”
Kaemy : “Tapi kamu mau maafin aku kan?”
Fad : “Ya udahlah, nggak apa-apa, ngerti kok, udah, yang udah ya udah, diperbaiki saja ya?”


Kaemy mengangguk. Kemudian, dia mengambil HP-nya
Fad : “Kamu mau menelepon siapa? Kan yang biasanya ditelepon ada di samping kamu?”
Kaemy : “Ssst...”
“Assalamualaikum..” suara diseberang sana menyapa.
“Waalaikumsalam..Indung..., tadi Emy lihat lowongan kerja di koran, kayaknya menarik banget deh, ada baiknya ya Emy coba, nanti malam, Emy bakalan siapin semua dokumen untuk melamar kerjaan itu, biar Emy juga bisa santai dan nggak terlalu capek...Makasih ya Indung, maafin Emy tadi udah marah-marah”

Hari ini Kaemy merasa beruntung dan bersyukur atas segalanya, ya dia bahagia meski tanpa gaji besar, meski uang lagi menipis, dan yang pasti dia bahagia tanpa narkoba!

Well..mudah-mudahan sepenggal cerita standar ini bisa berguna buat kita..Amiin..


2 comments:

Imansyah said...

Ini salah satu cerita di folder yang tidak boleh dibuka itu?

Write more, gurl!

NengDJ said...

hhaaa? apanya yang nggak boleh dibuka ya?? emang ada? eike jadi bingung bo..

Featured Post

Celoteh si Ambu Yang Kerja Kantoran

Tulisan ini saya kirim ke Stiletto Book untuk ikut audisi A Cup of Tea : Working Mom Sayangnya belum rejeki, jadi saya berbagi di sini ...