Another PMS [Pre Marriage Syndrome]

Pernikahan..Eugh! Kenapa pulaa ngomongin ini, boo? Dulu..saya sempat diajakin bikin buku tentang Pra Marriage Syndrome sama seorang teman, namanya Mas Y. Padahal kalau secara ide udah tahu mau ngapain, tapi karena kita berdua asyik sendiri, jadinya malah nggak dijalanin. Nggak apa-apa lah..proses sharingnya aja udah banyak kasih ilmu buat saya dan dia.

Berawal dari curhatan seorang Mas Y, dan beberapa pengalaman kami dalam menangani sebuah acara pernikahan, muncullah pemikiran ini. Hehe,, Mas Y contohnya, dia sekarang sudah menikah dan dikaruniai satu orang anak. Sebelum menikah, Mas Y datang ke rumah saya dan curhat berjam-jam di ruang makan, segala macam dia curhatin, sampai ke masalah percintaan dia. Meski nggak terperinci, karena kita lebih banyak ngomongin masalah pekerjaan, bisnis dan hal-hal umum lainnya, tapi tersirat persis dalam ceritanya, dia mengalami rasa ketakutan yang mendalam menjelang pernikahannya. Kebetulan, Mas Y itu wedding organizer juga, dia yang menangani pernikahan si teteh.

Akunya, Mas Y malah ngerasa linglung, banyak mikir, kemantapan yang hampir tergoyah, katanya sih, pertanyaan yang paling sering menghampiri adalah, “Apa iya keputusan menikah ini tepat?”
Syndrome yang sering menyerang sebelum menikah, dan tidak hanya terjadi pada cowok, tapi juga cewek! Yap! Perasaan ragu, khawatir akan sebuah komitmen, kemudian pertanyaan “Apa keputusan menikah itu tepat?” atau “Is he/she the right person for my future?”
Yah..gambaran masa depan yang tiba-tiba menjadi nge-blank dan nggak tahu musti ngapain. Perasaan tersebut seringkali malah jadi bikin berantem pasangan yang mau menikah, atauu..the worst thing is BATAL!

Seperti yang terjadi pada Bram [bukan nama sebenarnya..halaah!], yang menurut saya adalah sebuah kebodohan dari plin-plannya dia. 8 tahun pacaran, yang semakin lama tak ada kenyamanan dalam hubungan. Bram bertahan untuk alasan membalas sebuah keloyalitasan pacarnya karena telah menunggu Bram selama dia S2 di luar negeri. Namun, yang ada rasa itu semakin terkikis, sampai akhirnya Bram pun memaksakan diri untuk mengiyakan semua pertanyaan dan desakan pernikahan dari pacar dan keluarga pacarnya. Setelah lamaran, dan mulai mempersiapkan segala macamnya, dia malah menelepon saya, dan lelaki itu menangis! Dia bilang dia tak ingin menikah dengan pacarnya.. Alhasil dia membatalkan semua. YA, Bram baru berani mengakhiri semua ketika dia memaksakan untuk melamar. Sekarang..Bram sendiri, 8 tahun kandas! Meratapi kebodohannya, penyesalan akan segala dosa dan sakit hati yang dia berikan kepada tunangannya dan 2 pihak keluarga.
Duh Amit-amit *ketok meja 3x*

Ternyata, setelah saya tanya sana-sini, mencari pembenaran hal tersebut, memang betul adanya. Sebelum menikah, perasaan tersebut sering muncul. Mungkin kayak film Runaway Bride kali ya..?

Dengan muka mesem dan penuh tanda tanya, saya yang belum menikah pun bertanya kepada orang-orang yang sudah menikah, “Lalu bagaimana caranya biar mantapin hati lagi? Gimana caranya menghilangkan hal itu?”
Jawabannya bisa macam-macam, ada yang bilang, Jalan-jalan lagi sama mantan, orang-orang masa lalu kita bisa mengobati rasa itu, membandel dikit laah, wah, nggak tahu juga deh tuh..[tapi bolee dicoba..xixi]
Dari semua jawaban, yang paling ngena buat saya sih adalah.., ”Pikirkan impian masa depanmu bersamanya. To do list rumah tangga yang pastinya menyenangkan dilakukan bersama, tidak sendirian lagi...,”
Ya,, tidak sendirian lagi. Rasanya itu yang paling mengena deh..

Huff, menikah itu memang ibadah ya? Terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Meskipun mau, janganlah terburu-buru. But I accept any marrige proposal! Haha..

Hm..LAGI, saya mau bertanya...Jadi bagaimana caranya menghilangkan itu perasaan??