Kau disebut perawan sebab kau rawan dan harus berhati-hati
Maka, saat kau beranjak dewasa dan tamumu mulai datang,
Ibumu lalu girang karena "tamu" telah mengetuk pintu putrinya.
Darah merah melambangkan kesuburan lalu tuman datang setiap bulan.
Per 28 hari, lima sampai tujuh hari, apa yang terjadi?
Seperti ayam, telurmu tumbuh dalah tubuh.
Ibumu bahagia, bersyukur dan berdoa. Lalu pesannya,
"Jagalah bungamu, jangan kau buahi telurmu, agar kau suci selalu hingga menjadi
persembahan paling berarti bagi calon suami."
Pagar ayu-pagar ayu... sesuatu yang rawan sebab kau memang perawan.
Sesuatu yang harus dijaga sebab sakral adalah capnya.
Lalu kau menyumpahi dirimu karena kau wanita.
Tapi kemudian matang seperti telurmu yang siap panggang.
Kau siap menjadi pembawa generasi bagi manusia, dan surga..
ada di telapak kakimu....
(kutipan dari Buku Dimsum Terakhir karya Clara Ng yang juga mengutip dari Tabula Rasa - Ratih Kumala, Grasindo 2004)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Featured Post
Celoteh si Ambu Yang Kerja Kantoran
Tulisan ini saya kirim ke Stiletto Book untuk ikut audisi A Cup of Tea : Working Mom Sayangnya belum rejeki, jadi saya berbagi di sini ...
-
Well..silahkan katakan saya telaat..iya saya telat menyukai d'cinnamons secara benar-benar. Hehe.. selama ini hanya sekedar bersenandun...
-
Saya ingin berbagi kebahagiaan dan juga kesedihan nih. Selasa kemaren, after office hour saya sempatkan bertemu dengan rekan kerja saya di k...
2 comments:
kamu bikin aq sadar btapa indahnya menjadi wanita. ;)
"Jagalah bungamu, jangan kau buahi telurmu, agar kau suci selalu hingga menjadi
persembahan paling berarti bagi calon suami."
masyallah.. merinding bacanya!! :) kerennn!
Post a Comment