Tuesday, December 16, 2008

Tentang Ikhlas (LAGI)

Kadang-kadang kalau sedang curhat antar teman, terutama yang menyangkut tentang kesedihan hati, cerita menyanyat hati, merobek-robek jiwa, memenggal kebahagiaan, ujung-ujungnya kalau sudah mentok kasih saran, apa daya kita hanya bisa mensupport dia dengan mengucapkan sisipan kata : "Sabar ya.. Yang Ikhlas. Ikhlasin aja.."

Yap, Ikhlas!
Reaksinya berbeda-beda, ada yang nangis mendengar kata ikhlas, karena masih membayangkan betapa sakitnya dan menerima ada betulnya juga, ada yang juga reaksinya marah-marah, nggak suka kita bilang gitu..
"Tau apa lo tentang ikhlas? Lo pikir gampang ikhlas, huh?! Lo tuh masih muda..., susah tau ikhlas!"

Duh, serba salah kalau udah begitu..., ya memang dia lebih tua dari saya, jauh sekali, tapi pada saat itu dia kan sedang curhat ke saya, kadang karena berasa segan, kata pamungkas saya untuk mencoba membesarkan hatinya ya dengan kata IKHLAS, Kenapa sih tak jarang mereka underestimate orang yang lebih muda darinya?
Teman saya,
Jeng Re, pernah membahas dalam postingannya, begitupun dengan postingan panjang saya dulu. Anggapan yang muda masih dianggap terlalu muda untuk membicarakan tentang keikhlasan. Tapi buat saya, merasakan sebuah keikhlasan, belajar mengenai hal tersebut, tidaklah mengenal umur. UMUR ITU MEMANG MUTLAK, TAPI DEWASA ITU PILIHAN.
Bagaimana jika memaknai ikhlas bisa terjadi pada jenjang umur manapun? Bagaimana jika keikhlasan itu muncul, belajar untuk ikhlas ketika banyaknya pengalaman pahit menghampiri?
Bukankah asam garam hidup muncul bukan karena lamanya dia hidup? Akan tetapi berapa banyaknya dia belajar untuk ikhlas dalam setiap permasalahan hidupnya?
Ketika itulah, dia menuju sebuah pendewasaan diri, belajar belajar dan belajar untuk lebih baik?

Contoh, ketika seorang anak kecil terpaksa harus menerima kenyataan bahwa ibu dan bapaknya berpisah? Fakta mungkin dirasakan tak sanggup olehnya, tapi demi bertahan hidup, dia harus mencoba mengerti keadaan, dan belajar untuk tidak terpuruk? Meski misal sebelumnya ia masuk ke dalam kungkungan hitam, tapi saya yakiin sekalli, stiap orang mempunyai sisi baik, tiba saatnya ia memperbaiki diri.
Maaf, saya sharing secara umum, hal itu terjadi kepada keponakan saya, setiap hari sebisa mungkin, dengan cara saya, saya akan menyayanginya sepenuh hati, mengajarkan padanya untuk tetap kuat dan bahagia tanpa sosok seorang Bapak di sampingnya setiap hari. Saya ikut merasakan sakitnya, dan secara tidak langsung saya belajar untuk lebih bersikap ikhlas, saya ikhlas melihat kakak saya berpisah. Kemudian, masih melekat dalam ingatan ketika sempat terjadi talak pada orang tua saya, rasanya, bagaikan dibogem, namun saya berusaha untuk terus bergembira, meski sakitnya luar biasa. Alhamdulillah mama papa rukun kembali.
Lagi, mengenai sepercik pembahasan saya di postingan, dulu saya sangaat berkecukupan, namun roda tak selalu di atas bukan? Meski tak seperti dulu lagi, saya berusaha ikhlas untuk menjalani kehidupan apa adanya.

Saya berkata seperti ini bukan berarti saya merasa saya sudah cukup pengalaman dalam berikhlas, dan saya udah bisa ikhlas, sungguh saya masih merasa IKHLAS itu sangaaaat sulit dilakukan.
Bukan berarti juga saya terlalu terbuka, bukan, saya menceritakan secara umum karena saya cuma ingin mengungkapkan, bentuk keikhlasan itu dapat terjadi pada siapapun ketika dia menghadapi masalah, ketidaksesuaian hati, dan bukan dari umur, tapi bisa juga dari kuantitas dia mengalami. Yah..bisa dibilang, saya cukup sering mengalami kekecewaan nih, aah tapi ya udahlah, toh saya masih disini bukan? Masih berhaha hehe, masih cengangas cengenges, bukan untuk selalu ditangisi kok, meski menangis itu penting. Lagipula, ini adalah cara-Nya agar kita selalu mengingatnya, tanda Ia masih sangat menyayangi kita...Duhai Allah..


"Lama, nggak ketemu, ternyata banyak banget cerita dari elo, dan kalau gue jadi elo, mungkin sekarang gue udah ada di rumah sakit jiwa, atau mencoba bunuh diri menyayat pergelangan tangan gue berulang kali! Nggak nyangka!"

(Pine, my bestfriend said that at Chicken Story Semanggi, 2006)

Jadi, masihkah tabu untuk orang muda berkata ikhlas??

3 comments:

thya said...

aku ikhlas ko kalo ada yang mau traktir jalan2..

betewe, mau gak nda, ..

Anonymous said...

haha...masih ada yah yang berpikiran begitu. ihklas, dewasa, cara berempati dan bersyukur diukur dari usia. tua itu pasti, dewasa itu belum tentu. So, ikhlas aja kalau ada orang yang bilang kayak di postinganmu itu ya, din... hehehe.. :D

miss u nie. kapan yah ketemu n karokean lagi?

Anonymous said...

hmm..ikhlas itu belajar memaafkan diri sendiri

Featured Post

Celoteh si Ambu Yang Kerja Kantoran

Tulisan ini saya kirim ke Stiletto Book untuk ikut audisi A Cup of Tea : Working Mom Sayangnya belum rejeki, jadi saya berbagi di sini ...