Tuesday, April 7, 2009

MENCONTRENG!!

9 April 2009 akan menjadi hari yang paling menentukan bagi masa depan kita semua. Indonesia khususnya. Klimaks Pesta Rakyat yang ditunggu-tunggu masyarakat, dan juga diintimidasi oleh sebagian kalangan. Terlepas dari semua itu, pesta demokrasi masih berpengaruh. Pasti. Toh ini semua menyangkut masa depan, menyangkut kesejahteraan rakyat, menyangkut harga diri bangsa Indonesia yang butuh ditinggikan kembali. Menyangkut usaha-usaha mendongakkan kembali kepala bangsa ini untuk berbangga akan kekayaan negeri.

Menjelang pemilu, dilihat dari mata kepala sendiri, sebenarnya sudah banyak sekali partai yang curi start, saya sendiri bukanlah orang politik, mata hati dan pikiran saya hanya sebagai rakyat jelata. Jangankan ketika masa kampanye, masa pra kampanye pun, bendera partai sudah ada yang mulai berkibar. Salah? Entahlah, setahu saya pastinya sih sudah ada peraturan mengenai etika berkampanye.

Lalu, sudahkah kita menetapkan hati untuk memilih?

Sepertinya kepanjangan dari Partai Hanura ada benarnya juga, dimana Hati Nurani Rakyat memang harus, haruus sekali dilibatkan dalam kewajiban MENCONTRENG nanti. Memilih itu memang tidak boleh dipaksakan, harus apa kata hati kita.

Sebagai rakyat biasa, jujur, saya bingung melihat banyaknya partai yang ada. Sekitar 42 (CMIIW) partai yang ada sekarang. WAAW. Dari mulai partai besar yang sudah eksis sejak dulu, partai baru dengan massa yang tak diduga, sampai ke partai New Arrival yang tetap pede berdiri meski simpatisannya sepertinya bisa dihitung dengan jari saking sedikitnya. Spektakuler, jika dibandingkan dengan USA yang notabene Negara Adidaya, Negara maju, Negara besar yang memiliki hanya 2 PARTAI. Republik dan Demokrat. Lalu, apakah menjadi Negara yang memiliki partai politik banyak merupakan sesuatu yang membanggakan? Well, menurut saya sih tidak. Justru kehadiran partai-partai tersebut malah sukses besar membuat bingung warga Negara. Maaf saya rasa, kehadiran banyaknya partai malah jauh lebih berhasil membodohi rakyat. Membodohi dalam hal janji, membodohi dalam system, sampai membodohi mereka dalam kepercayaan. Keberagaman Indonesia malah dijadikan senjata untuk membuat macam-macam partai dengan janji-janjinya, padahal kalau mau saklek dan ajeg mah, balik lagi aja ke bhinneka tunggal ika, kesampingkan egoisme masing2 untuk bisa unjuk gigi, somehow memang harus ada yang memimpin, bukan tentang memenangkan semua ingin memimpin. Memiliki Negara dengan luas wilayah yang segitu besarnya dan dengan jumlah penduduk yang sebegitu membludaknya, justru secara nggak langsung membudaki rakyat dengan kebingungan. Dengan kata lain, menurut saya, partai tidak perlu banyak-banyak lah, karena menurut saya, visi misi partai-partai tersebut tak jauh beda. Tak ada salahnya kan, yang sama bergabung, bersatu. Kebanyakan malah membuat ragu.

Saya sempat berpikir dan bertanya-tanya, kalau partai sebanyak itu, bisa-bisa banyak rakyat yang memutuskan golput karena bingung pilih yang mana. Bisa-bisa rakyat nggak konsisten sama pilihannya. Lihat saja di jalanan, warna-warni bendera parpol ramai menghiasi Jakarta. Pose-pose keren, narsis, dan bergaya bak model terpampang dimana-mana, belum lagi informasi tambahan seperti mengisi diary seorang teman, CV, atau Kartu Keluarga di spanduk caleg, turunan siapa lah, pengalaman berorganisasi lah, bla bla bla. Syukur-syukur rakyat yang mengerti dan berintelektual bisa memilih bukan hanya dari gambar, tapi yang menengah ke bawah bagaimana? Bisa jadi kan, mereka memilih karena si partai punya caleg artis, karena calegnya cakep, karena calegnya keturunan ini, karena calegnya ina ini itu, bukan dari sisi visi dan misi mereka menjadi caleg.

Sah-sah saja memang, tapi agak menjadi sebuah lawakan saja sih, ketika saya melihat partai baru berkampanye, berkoar-koar, tapi simpatisannya dikiiit banget, nggak interest, baru semangat ketika ada ajakan, “Neng, ikut abang dangdutan nyok?

Bisa saja bukan, yang berkampanye itu orang yang sama, dengan motto : Yang penting dapat kaos gratis, ikut kampanye sana sini, partai mana aja ikut terus, goyang terus, yang penting bikin rame, bikin rusuh, nggak peduli tuh partai bagus atau tidak, nggak peduli merusak fasilitas umum ketika kampanye, yang penting hepi pribadi. Dan partai pun bodohnya juga berpikir begitu, yang penting kampanye gue terlihat rame, tidak peduli pemilih banyaak atau tidak, yang penting eksis!

Baru-baru ini tetangga saya bercerita kalau sepanjang gang baru dikasih uang 50rb sama Caleg dari sebuah partai, sambil menyuruh warga gang untuk mencontreng nama dia pada tanggal 9 April nanti. OH..Come On! Dan itu caleg berani-beraninya pasang spanduk cukup mentereng depan gang belokan rumah saya. Saya bilang aja, “Ya udah ambil aja 50rb-nya, tapi kalau soal milih ya terserah Ibu dong.., hehe”

Kembali lagi, semuanya memang sah-sah saja, tapi apa semua itu benar-benar untuk kepentingan rakyat? Memang sih dahulu partai sempat sebanyak sekarang, taapi kemudian dikurangi hanya menjadi 3 saja. Saya ingat sekali dulu, waktu masih kecil semangat sekali berteriak nomor 1! Yang kalau nggak salah itu tu…PDI ya? Haha..habis bosan, setiap pemilu, setiap tanya ke papa, selalu Golkar yang menang. Senang-senang saja sih, mengingat jalanan ke kampung papa jadi diaspal sering-sering. Namun ketika reformasi, dan PArtai Kuning tersebut jatoh, eh jalanan rusak lagi, parah banget. Kalau naik mobil rasanya kayak naek odong-odong, sukses bikin turun bero atau mempercepat mules tingkat tinggi.

Lalu, dengan segitu banyaknya partai, bagaimana dengan jumlah calon presiden? Berapa banyak orang yang ingin memimpin dari segitu banyaknya partai? Berapa banyak yang harus bermain permainan ulang tahun, berjoget mengitari satu kursi kosong, dan ketika lagu berhenti semua gontot-gontotan ingin duduk di kursi maut. Mari telaah lagi, ada orang lama yang eksis tanpa henti, ada orang baru, ada juga orang lama yang baru bangkit kembali. Tapi gampang saja bagi saya. Dari banyaknya calon presiden, pastinya saya tidak akan memilih orang yang hobi-nya manas-manasin orang, nyulut kompor sering-sering, tidak legowo kalau kalah, dan kalau berpidato gampang sekali menyindir dan menghina orang, tidak bisa dikritik, nyolot, dan bukan sarjana. SKIP THAT.

Calon lain yang saya coret adalah orang yang memiliki kepentingan lain dalam kepemimpinaannya nanti. Such as, bisnis miliknya yang sudah berjalan dimana-mana jauh sebelum ia mencalonkan diri. yang tidak memiliki wibawa dalam berbicara. Ah menurut saya dia nggak banget deh!

Yang lainnya? Bisa bisa saja, saya pikir yang lain memiliki kesempatan yang baik. Yang pasti secara pembawaan, memiliki wibawa, pintar, cerdas, penuh taktik berpolitik bersih, pokoknya saya pilih yang bersih lah, bersih dalam segala hal. Hati, pikiran. Semua bisa menjadi presiden, bahkanorang yang tidak diduga sekalipun. Entah itu Wiranto, Prabowo, Yudhoyono, Nur Wahid, Hamengkubowono, Sutrisno, dan yang lainnya selain 2 orang di atas, bisa menjadi presiden. TAPI..Ada TAPI-nya. Kita lihat presiden Indonesia yang berhasil dan Berjaya sebelumnya. Dua presiden sebelumnya, yaitu Bung Karno dan Pak Suharto. Mereka potret presiden yang berhasil dalam membangun Indonesia. Terpuruk ketika mulai keasyikan menjadi pemimpin tanpa batas waktu. Potret presiden yang mampu membanggakan Indonesia tidak dalam 1 dekade.Which means, saya rasa tidak ada salahnya jika SBY kembali terpilih menjadi presiden Indonesia. Berikanlah kesempatan kepada beliau untuk memimpin kembali.

Mengingat, Indonesia ini super besar, dan berpenyakit, tidak cukup hanya 1 dekade, tidak cukup 5 tahun memulihkan Indonesia, tidak segampang membalikkan telapak tangan. Tidak ada salahnya SBY kembali memimpin, toh lihatlah, meski masih berpenyakit, beberapa penyakit di Indonesia ini sudah ada yang disembuhkan, dan sedang berjalan. SO, SBY for 2009 – 2014? Why not?

Hehe..Panjang ya analisis saya? Ah gaya sekali tiba-tiba mikirin politik.., politik itu kan memang tidak selalu bersih ya, tapi saya percaya sekali, pasti nanti bisa bersih, setidaknya ketika tiba waktunya Dunia berakhir, Indonesia telah sembuh, yang penting kita harus saling mendukung satu sama lain, saling mendoakan, dan ikhlas menerima kekalahan..Siapa tahu, di masa yang akan datang, Restorasi Meiji pada Jaman Kaisar Kaito (mudah2an namanya bener :P) Jepang dahulu bisa kita ikuti, dimana kita berdiri sendiri tanpa bantuan dari Negara mana pun!

Mengenai Partai mana yang saya pilih? Saya rasa, Partai yang selalu minta didoakan untuk selalu Bersih yang akan saya pilih..:) Karena Partai ini selalu diam-diam menghanyutkan.. Talk Less, Do More, bukan Let’s Talk Do More.

Salam!No hard feeling about this note ya…

No comments:

Featured Post

Celoteh si Ambu Yang Kerja Kantoran

Tulisan ini saya kirim ke Stiletto Book untuk ikut audisi A Cup of Tea : Working Mom Sayangnya belum rejeki, jadi saya berbagi di sini ...