"Mba Dinda, besok jangan lupa pakai batik ya."
Besok kan hari Selasa, sementara biasanya pakai batik kantor kan Rabu, mau ada apaan?
Sebagai mental jongos gue cuma jawab oke pak sembari dalam hati mikir.. oh palingan suruh meliput.
But then datang lagi wa dari beberapa teman kantor yang menyelamati saya, ngapain sik selamat2? Emang gue ulang tahun?
Begitu gue baca lagi, ternyata gue dilantik.
Man, gue persingkat aja ya perasaan gue... Campur aduk. Seneng? Nggak. Gue tahu gue harusnya bersyukur ya mungkin menjadi seorang subkoor aka jaman dulu adalah eselon 4 alias pejabat merupakan mimpi dari sebagian orang PNS yang berambisi untuk naik kelas dan naik jabatan, tapi bagi seorang Dinda, bayangan itu nggak pernah ada. Buat gue karier yang berhasil adalah ketika program komunikasi yang mana menjadi beckground pendidikangue bisa dilaksanakan dengan baik dan nggak lagi dipandang sebelah mata, bukan lagi dipandang sebagai hal yang nggak penting buat Kementerian gue yang mana berisikan orang-orang teknik yang lebih menekankan fokus pada pembangunan infrastruktur.
That's it. Nggak muluk-muluk, dari tingkat Eselon 3 nya aja, bisa mendukung program humas, program komunikasi, strategi komunikasi, bisa membuat orang lain paham dan mengertiii aja tentang komunikasi yang efektif itu buat saya udah goals banget. Dan itu buat saya nggak perlu lah sebagai eselon 4 atau subkoor.
Lalu, suami bilang mungkin ini kesempatan untuk mewujudkan itu, ketika kita sudah mendapat sebuah jawaban, tapi sekali lagi buat gue : IT WON'T WORK.
Posisi eselon 4 atau subkoor itu semua serba salah kl menurut gue ya, posisi memutuskan juga porsi kecil. Ah intinya mah saya cuma mau jadi staf gak ada bayangan.
Well, makasih sih i appreciate buat yang berpikir gue mumpuni, tapi apakah gue ditanya sebelumnya layaknya organisasi swasta..
gue kan dulu juga pernah di bagian HRD ya, yang mana kalau mau ada mutasi, promosi, ditanya dulu ituu karyawan untuk segala pertimbangan.
Did i being asked? NO.
apakah sesungguhnya gue sanggup? No. I'm not.
Sudahlah, gue nggak ngincer jabatan, biarlah gue berkarya berjuang dengan background komunikasi gue ini yang mungkin gak akan abis2 selesai, tapi setidaknya gue gak ribet. Sehingga mungkin nantinya gue akan menyerah dan menjadi robot selama gue dapat gaji, uang makan, tukin dan dinas, it's enough
Lagian suami gue juga pns, dia yang lebih penting untuk berkarier di sana, not me.
Gue juga capek, perjalanan. Belum lagi tanggung jawab yang semakin besar yang mana gue nggak mampu, sorry to say, gue cuma being honest, yes gue nggak mampu, gue nggak capable dan gue nggak bisa dijadiin role model untuk bisa memberikan motivasi bagi karyawan lain, karena gue si dinda, si pemalas. unlike pegawai lain yang memang sudah takarannya mereka bakalan .. will be so happy dijadikan pejabat, while i'm not.
second is, tanggung jawab yang gw pikul gak sebanding dengan pemasukan, bukan berarti gue matre atau seorang pemain yang mata duitan, no. gue kalau butuh duit ya gue mending ngutang di bank ketimbang ngais2 duit di kantor buat tambahan selain hak gue, sementara hal itu jadi berubah banget, biasanya gue tertolong dengan uang2 dinas yang keluarnya paling lama sebulan, disini uang dinas gak seberapa karena gak nginep, habis buat gue pp kerja, eh keluarnya juga agak lama. Sudahlah gue mau nyari apa disini? sampai saat ini gue bisa bertahan hidup dengan tukin dan gaji aja udah Alhamdulillah.
Jadi narsum di kantor juga udh gak dibayar lagi, so, si pemalas ini cuma pengen hidup tenang bahagia dengan pemasukan yang stabil.. namanya kita kerja kan kepengen bisa nabung ya, bukan makan tabungan, unfortunetely disini blm bs nabung.
So yeah, gue udah niat banget nih paling lama ya akhir tahun ini gue udah gak mau lagi menjabat apapun, mendingan gue jd staf di kantor pusat, kl gue harus urus arsip2 juga gue ikhlas dah.
Gak baik ya jd gue? Udah ngeluh, nggak bersyukur. Biarin lah, gue cuma bersikap manusiawi dan realistis aja jadi orang. Hidup gue nggak mau ribet. Mau yang santai aja.
Oke sekian keluhan gue yang nggak bersyukur ini, tengs.
No comments:
Post a Comment