Film yang dibintangi oleh Nirina Zubir, Didi Petet, ini kalau menurut saya cukup oke, herannya kok tidak terlalu booming ya? Padahal film ini banyak pesan-pesan sosialnya lho, selain pesan-pesan sosial yang disampaikan, terdapat juga gambaran kehidupan Kota Jakarta yang keras, yang secara tak langsung akan membuat para penonton di luar Jakarta berpikir 2x untuk merantau ke Ibu Kota Indonesia ini (jika mereka tidak memiliki keahlian dan minim pendidikan).
Tersebutlah Indah, gadis desa dekat pantai, yang sangaaaat ngefans sama grup band Dewa, seluruh album Dewa dia miliki, kemudian ketika ada sayembara gratis nonton Dewa di Jakarta, dia mati-matian kirim kartu pos sebanyak-banyaknya. Ketika dia tidak menang pun, dia masih berjuang untuk bisa pergi ke Jakarta.
Ditemani sahabat setianya yang memendam perasaan pada Indah, Bowo, Indah berusaha agar dia bisa pergi ke Jakarta, nonton konser Dewa, meskipun Sang Abah tercinta (Didi Petet), tidak merestui kepergiannya.
Ketika Indah sampai di Jakarta, dia pun masih harus berjuang untuk sampai di tempat konser Dewa. Wah, jadi nggak ya Indah nonton Dewa?
Pesan yang ada di film ini sebenernya cukup dalam, yaitu, ketika kita ingin meraih sebuah impian, baiknya kita harus menyisipkan pendapat orang lain khususnya orang-orang terdekat kita sebelum mengambil sebuah keputusan. Intinya, jangan egois lah, kita harus mikirin perasaan orang lain yang peduli sama kita. Selain itu, gambaran kota Jakarta yang keras memberikan kokohnya dogma : “Don’t Judge book by It’s Cover”, orang yang mukanya gahar bisa jadi baiknya tulus sama kita, dan orang yang mukanya ramah, bisa jadi berniat jahat sama kita. Di film Kamulah Satu-satunya ini, disampaikan juga, yah… Jakarta keras, Bung! Hidup juga keras!
Nonton bersama [calon] adik tersayang di BSD Plaza 21 bulan Agustus lalu dengan penonton yang tidak terlalu banyak, justru membuat makin konsen, apalagi kalau ada adegan kocak sedikit, ketahuan banget siapa yang ketawa. Hehe..Lagi-lagi akting Nirina pas banget lah karakternya. Eh, Kamulah Satu-satunya jadi nominasi film favorit di FFI, bukan?
Tersebutlah Indah, gadis desa dekat pantai, yang sangaaaat ngefans sama grup band Dewa, seluruh album Dewa dia miliki, kemudian ketika ada sayembara gratis nonton Dewa di Jakarta, dia mati-matian kirim kartu pos sebanyak-banyaknya. Ketika dia tidak menang pun, dia masih berjuang untuk bisa pergi ke Jakarta.
Ditemani sahabat setianya yang memendam perasaan pada Indah, Bowo, Indah berusaha agar dia bisa pergi ke Jakarta, nonton konser Dewa, meskipun Sang Abah tercinta (Didi Petet), tidak merestui kepergiannya.
Ketika Indah sampai di Jakarta, dia pun masih harus berjuang untuk sampai di tempat konser Dewa. Wah, jadi nggak ya Indah nonton Dewa?
Pesan yang ada di film ini sebenernya cukup dalam, yaitu, ketika kita ingin meraih sebuah impian, baiknya kita harus menyisipkan pendapat orang lain khususnya orang-orang terdekat kita sebelum mengambil sebuah keputusan. Intinya, jangan egois lah, kita harus mikirin perasaan orang lain yang peduli sama kita. Selain itu, gambaran kota Jakarta yang keras memberikan kokohnya dogma : “Don’t Judge book by It’s Cover”, orang yang mukanya gahar bisa jadi baiknya tulus sama kita, dan orang yang mukanya ramah, bisa jadi berniat jahat sama kita. Di film Kamulah Satu-satunya ini, disampaikan juga, yah… Jakarta keras, Bung! Hidup juga keras!
Nonton bersama [calon] adik tersayang di BSD Plaza 21 bulan Agustus lalu dengan penonton yang tidak terlalu banyak, justru membuat makin konsen, apalagi kalau ada adegan kocak sedikit, ketahuan banget siapa yang ketawa. Hehe..Lagi-lagi akting Nirina pas banget lah karakternya. Eh, Kamulah Satu-satunya jadi nominasi film favorit di FFI, bukan?
No comments:
Post a Comment